SELAMAT DATANG DI BLOG BP PEMUDA GMIT








10 Desember 2008

WACANA

Membangun Komitmen dan Sinergi Menuju Cita-cita

“Menjadi Pemuda GMIT, Pemuda Kerajaan Allah”


Dalam pengalaman yang sedikit semasa Pembinaan Pemuda GMIT, kami dapati kenyataan bahwa Pemuda GMIT, baik yang di sinode maupun jemaat, dikota ataupun dipelosok kampung sungguh kaya dengan berbagai potensi yang secara strategis dapat disumbangkan bagi Gereja dan Bangsa dalam berbagai dimensi masa kekinian maupun ke-akanan. Tetapi yang masih sangat kurang adalah kemampuan dan kekokohan tekat untuk membangun komitmen dan bersinergi.

Apa itu komitmen dan sinergi ?

Komitmen adalah suatu tekad yang kuat untuk berjuang mencapai sesuatu. Dalam komitmen seperti ini: tercakup lima nilai pokok yakni 1). Nilai ketabahan yaitu sikap tahan uji dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan, 2). Keuletan yakni sikap tekun dan suka bekerja keras atau bahkan tahan banting, 3). kecerdikan dimana senantiasa mengedepankan akal dan kecerdasan bukan emosi buta karena kemudaan. Dan ke 4). kreatifitas yaitu selalu memiliki alternatif baru ditengah kebekuan berpikir. Kalo orang lain mulai frustasi dan hilang akal, orang kreatif selalu punya alternatif. Serta 5). Pengorbanan atau sikap rela berkorban baik secara materil, morill ataupun perasaan. Untuk bahan refleksi pembentuk komitmen bagi pemuda GMIT apakah lima nilai pokok diatas sudah kita miliki dan manfaatkan dalam hidup berorganisasi dan berjemaat.

Sedangkan sinergi, adalah daya atau kemampuan yang dihasilkan oleh sebuah kerjasama. Ingat kata kuncinya adalah Kerjasama bukan sekedar sama-sama kerja. Secara sederhana sinergi dapat dijelaskan sebagai berikut : seorang dapat mengangkat beban maksimal 100 kg. Dua orang secara bersama dapat mengangkut beban 250 Kg. Bila sendiri-sendiri keduanya hanya mampu memikul beban 200 kg saja. Banyak kali sebagai pemuda GMIT ataupun pemuda Jemaat kita gagal dalam tugas pelayanan untuk mengangkat beban yang 100 Kg atau bahkan kurang dari itu karena kita tidak kompak dan kurang bersekutu. Kita terlalu egois untuk mengurusi diri sendiri dan kepentingan kelompok kita.

Lalu Mengapa Komitmen dan Sinergi ?

Komitmen dan sinergi adalah dua dari empat faktor dasar yang berkaitan dengan kualitas kemampuan manusia sebagai pelaku pelayanan (2 faktor lainnya adalah : pengetahuan dan ketrampilan). Pengetahuan dan juga ketrampilan dapat dibentuk dalam pendidikan baik disekolah, kursus maupun dari pengalaman pribadi atau bentukan lingkungan. Sehingga makin tinggi tingkat pendidikan biasanya makin baik juga pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, tetapi tidak demikian halnya dengan Komitmen dan sinergi.

Komitmen dan sinergi harus dibentuk secara sadar melalui kemauan tulus untuk bersikap terbuka, saling menghormati dan rendah hati untuk bekerjasama, menopang dan menguatkan. Komitmen dan sinergi hanya mungkin lahir dalam dialog/diskusi yang bersahaja dan ikhtiar-ikhtiar bersama yang terencana, ia tak pernah jatuh begitu saja dari langit.

Ada dua alasan mengapa komitmen dan sinergi kemudian menjadi 2 kata kunci yang begitu popular bagi warga GMIT paling kurang dalam 2 tahun terakhir:

1. ini adalah mandat pokok dari konstitusi atau aturan dan program gerejawi kita. Mulai dari Tata GMIT, RIP 1991-2010, HKUP 1999-2003 dan keputusan MS GMIT dalam sidangnya di Ledemanu tahun 2000 dan Bajawa, September 2001. dimana penekananannya ada pada upaya peningkatan kinerja para pelaku pelayanan sehingga warga jemaat dan masyarakat menikmati jumlah dan mutu pelayanan yang semakin baik. Yang berarti kita akan bicara tentang faktor manusia sebagai aktor pelayanannya.

2. kita justeru membutuhkan dua ‘spirit’ ini, sebagai perekat dan pendorong (stimulus) ditengah keterbatasan sumber daya (uang, fasilitas, sarana/prasarana), rendahnya kualitas persekutuan/persaudaraan, rupa-rupa roh zaman dan besarnya tantangan yang harus kita hadapi untuk pencapaian Misi GMIT, mewujudkan jemaat yang missioner.

Sedikit penjelasan tentang cita-cita jemaat yang missioner: memang belum terumuskan secara konkrit oleh GMIT tetapi ciri pokok jemaat yang missioner adalah sebagai berikut : pertama, jemaat yang warganya terus tumbuh dalam pengetahuan dan perbuatan iman dalam konteks kehidupan konkrit mereka. Kedua, jemaat yang warganya, individu dan kelompok menjadi berkat bagi dunia di semua bidang kehidupan. Jadi ia tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri saja. Dan ketiga, jemaat yang selalu menata diri dan pelayanannya sedemikian rupa sehingga selalu kontektual (sesuai semangat dan perkembangan zaman), efektif dan efisien. Hal ini menyangkut kemampuan managerial (managemen organisasi) dan finansial (dana).

“Menjadi Pemuda Kerajaan Allah”, darimana mulainya ?

pertemuan raya Pemuda se-GMIT I, sebagai simpul aspirasi pemuda GMIT secara tegas menyepakati bahwa : Visi pokok dari totalitas keberadaan dan perjuangan pemuda GMIT adalah untuk “ menjadi Pemuda Kerajaan Allah” (ingat visi Gereja adalah Mewartakan syalom kerajaan Allah kepada Dunia). Dalam tulisan ini Visi dimengerti sebagai Harapan, cita-cita dan tujuan yang hendak diwujudkan melalui suatu proses kerja yang terencana, sistematis, berjalan tahap demi tahap, terarah pada tujuan. Dan keseluruhan aktifitas mewujudkan Visi disebut Misi. (Visi itu kadang-kadang sangat abstrak dan idealis karena itu sering diterjemahkan sebagai penglihatan yang jauh ke masa depan melampui batas-batas yang bisa diindra atau penglihatan dengan mata bathin).

Karena itu visi Pemuda GMIT menjadi pemuda Kerajaan Allah, tidak hanya boleh kita pahami secara eskathalogis (tentang kerajaan yang akan datang di akhir zaman) tetapi kerajaan allah disini saat ini. Dalam hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab pemuda GMIT untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Allah diseluruh aspek aspek kehidupannya, baik digereja, masyarakat, sekolah dan keluarganya.

Sedangkan misi pemuda GMIT untuk mewujudkan visi adalah sebagai berikut : 1). Mewujudkan cirri dan identitas pemuda kerajaan Allah yang berkualitas secara jasmani dan rohani, dan 2). Memperlengkapi diri untuk menjadi agen kerajaan Allah dengan berpedoman pada panca tugas gereja yakni: koinonia, marturian, diakonia, liturgia dan oikonomia.

Pencapaian misi dan visi dapat dilakukan melalui pendekatan program dan kebijakan organisasi pemuda GMIT (mulai dari tingkat jemaat, klasis s/d sinodal), dapat pula dihadirkan melalui sikap dan perilaku kelompok pada komunitas tertentu maupun penampilan individu pemuda GMIT.

Karena itu menjadi sangat penting untuk mengetahui realitas keberadaan pemuda GMIT saat ini. Pemuda GMIT merupakan jumlah terbesar di kelompok kategorial fungsional, yang sebagian besarnya tinggal didaerah pedesaan dan hanya sedikit yang dikota. Dari segi keragaman, potensi pemuda GMIT dikota lebih daripada yang berada didesa, baik dari segi pendidikan, asal suku dan mata pencaharian. Sementara didesa, potensi pemuda GMIT tidak beragam karena kebanyakan mata pencahariaannya adalah bertani serta memiliki pendidikan rata-rata SD.

Memang kita tidak mempunyai data yang cukup akurat, namun kita dapat mencatat bahwa tidak sedikit pemuda GMIT yang berhasil. Ada yang menjadi tenaga pendidik (guru, dosen) birokrat, pengusaha, pekerja LSM, politisi, pers dan lain sebagainya. Yang telah memberikan sumbangan bagi pembangunan bangsa juga GMIT.Yang menarik adalah bahwa keberhasilan dari pemuda GMIT tersebut dilakukan secara sendiri dan bukan perjuangan lembaga atau secara kolektif yang terencana dari awal tahapan dan pembagian peran fungsinya. Atau suatu proses kaderisasi kepemimpinan Pemuda. Inilah tantangan pokok kita sebagai pemuda GMIT untuk bersaksi dan bersekutu dan melayani lewat organisasi pemuda GMIT yang ada.

Disamping potensi pemuda GMIT dari sisi mata pencaharian dan pendidikan, namun kita tak bisa menutup mata kalau terdapat banyak persoalan yang dibuat pemuda GMIT.

Yang terlibat kriminalitas, baik itu penyalahgunaan narkoba, mengkonsumsi miras, menjual miras, judi bola guling, pencurian, perkelahian antar kampung atau sekedar pelanggaran lalulintas, jika dicermatipun mereka adalah pemuda GMIT.

Pengangguran dan palak kendaraan umum sehingga membuat masyarakat risau jika diusut hampir pastipun dilakukan pemuda GMIT.

Jika demikian terhadap berbagai persoalan tersebut tentu secara kritis kita akan bertanya. Apakah memang peluang yang bisa dimasuki atau dimanfaatkan pemuda GMIT sudah tidak ada sama sekali untuk meminimalisir berbagai masalah yang kian kompleks sekarang ini ?? dan tidak adakah lagi ‘daya’ apapun untuk mencegah berlarutnya keterpurukan peran pemuda GMIT saat ini? Pertanyaan berikutnya…terserah anda !!

Berkaitan dengan tingkat pengangguran yang tinggi saat ini sebenarnya bukan peluang atau pekerjaan tidak ada, persoalannya selama ini pemuda GMIT telah terpola dengan mental menjadi PNS. Jangan heran kalau ada rekruitmen CPNS, banyak pemuda GMIT yang membentuk antrian panjang dalam arak-arakan tersebut. Itu bukan berarti pemuda GMIT tidak boleh menjadi PNS.

Namun mestinya pola pikir menjadi PNS itu sudah harus ditinggalkan. Apalagi tantangan kita kedepan sudah semakin sulit. Kedepan apalagi dalam era otonomi daerah (OTDA) peran pemerintah semakin kecil dan justeru sektor swasta yang semakin berkembang. Indikasinya yakni; kebijakan pemerintah dalam merekrut CPNS dengan ‘zero growth’ dan rasionalisasi pegawai. Itu berarti pemerintah kedepan lebih memberikan kesempatan kepada swasta.

Jika demikian mestinya, Pemuda GMIT menangkap peluang ini dengan tidak lagi masuk dalam arak-arakan pelamar CPNS!!.

Hal lain, sektor swasta kian berkembang namun pemuda GMIT kurang tertarik. Selain berkerja di swasta dituntur kedisipllinan, ada juga anggapan bahwa diswasta gaji kecil dan tidak ada jaminan hari tua.

Mental ‘kota sentris’ atau berpusat kekota, semakin menggejala akhir-akhir ini, dimana banyak pemuda dari desa lebih suka ‘merantau’ kekota ketimbang tetap tinggal didesa untuk menjadi petani. Padahal seringkali arus urbanisasi(perpindahan penduduk dari desa ke kota) ini justeru memperparah tingkat pengangguran dan kriminalitas kota. Padahal justeru, mayoritas penduduk Indonesia tinggal didesa dan bekerja dilahan pertanian. artinya : kalau mau membangun kemajuan bangsa ini harus kita mulai dulu dari desa. Dan sesungguhnya petanilah yang memberi ‘makan’ perut bangsa ini.

Di NTT beberapa tahun terakhir inibanyak muncul Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pers local. Tapi dapat dihitung denan jari jumlah pemuda GMI yang terlibat didalamnya. Kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit, sementara secara alamiah ia akan terseleksi karena banyak pemuda GMIT militansinya tidak teruji. Dipartai politikpun sangat sedikit pemuda GMIT. Kalaupun ada tidak belajar setia, mental ingin ‘cepat jadi’ cepat merasuki pemuda kita.

Dimasa mendatang, pemuda GMIT akan dihadapkan pada lebih banyak tantangan lagi yakni lapangan pekerjaan, kompetisi disegala bidang, hadirnya era globalisasi pasar bebas dengan berbagai dampaknya. Karena itu pemuda GMIT sejak dini sudah harus mempersiapkan diri.

Membangun komitmen dan sinergi, bagaimana caranya ??

Visi dan misi pemuda GMIT sudah jelas, permasalahan sebagian besar sudah diketahui. Lalu bagaimana caranya membangun Komitmen dan sinergi untuk mewujudkan visi yang penuh idealisme itu ? ada beberapa rekomendasi pokok dari penulisan makalah ini, yakni:

Pertama, sudah tidak bisa ditawar dan ditunda lagi, suatu kebutuhan untuk melakukan konsolidasi pemuda GMIT secara keseluruhan. Ada 3 dimensi konsolidasi; yakni penataan peran dan fungsi(siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana??), pemantapan komunikasi dan jaringan serta pembinaan atau kepemimpinan pemuda GMIT. Hal ini berlaku pada aras struktur organisasi maupun pembinaan pada tingkat kelompok-kelompok pemuda basis. 2 hal yang pertama berkaitan langsung dengan aspek komitmen dan sinergi. Untuk pemantapan komitmen atau tekad untuk berjuang, pemuda GMIT harus bisa dengan rendah hati mau duduk bersama berdialog satu sama lain-sebagai sesama pemuda, dengan membuang segala atribut pribadi dan ekslusifitas kelompoknya. Pemuda GMIT masa depan adalah pemuda yang sadar perannya, pemuda yang bersikap terbuka dan demokratris, pemuda yang peduli lingkungan, pemuda yang sadar gender, pemuda yang ulet dan suka berkerja keras, kreatif, cerdik dan rela berkorban bagi kemajuan gereja, sesama dan bangsanya. Atau secara sederhana pemuda yang komitet terhadap cita-cita ‘menjadi pemuda kerajaan Allah”. Dan itu salah satunya bisa kita mulai dengan penataan sungguh-sungguh terhadap konsolidasi organisasi pemuda gereja yang kita miliki saat ini dan menggalang komitmen bersama antar pemuda Gereja yang ada saat ini.

Kedua, kita tak mungkin berjuang sendiri, karena itu sinergi atau kerja sama dan berjaringan kita perlukan. Tidak hanya antar pemuda ditingkat rayon, tetapi dikembangkan juga di tingkat jemaat, antar jemaat, klasis dan antar klasis hingga sinodal. Jangan lupa persekutuan itu simpul pokok yang mampu meniscayakan sebuah perubahan. Sinergi dapat dibentuk dengan adanya komunikasi yang dialogis, saling pengertian, kerjasama dalam memecahkan berbagi kesulitan dan program. Dan diharapkan organisasi pemuda GMIT mulai dari tingkat rayon, hingga jemaat dan klasis memberikan dukungan bagi terbentuknya sinergi yang kuat antar pemuda GMIT. Dukungan juga sangat diharapkan dari struktur gereja (pendeta, majelis jemaat dan para tokoh gereja) seyogyanya juga memberikan dukungan penuh kepada pemuda GMIT, yang bertekad kuat dan bersinergi untuk menjadi pemuda kerajaan Allah.

Akhirnya, burung irian burung cendrawasih; sekian dan terima kasih. Tuhan Yesus sobat dari Galilea itu memberkati seluruh kerja keras dan ikhtiar pelayanan kita bagi upaya pemberdayaan dan pembaharuan pemuda GMIT.

Sola Scriptura Verbum Dei (Hanya Alkitablah Firman Allah). ( Winston Neil Rondo)

SEJARAH BP PEMUDA GMIT

SEJARAH

BADAN PENGURUS PEMUDA

SINODE GEREJA MASEHI INJILI di TIMOR

Sesungguhnya cikal bakal pembentukan BP Pemuda GMIT sudah dimulai sejak waktu yang lama, hal ini dibuktikan oleh referensi pergumulan sidang-sidang Sinode GMIT yang selalu hangat dibicarakan tentang keberadaan Pemuda GMIT yang dirasakan belum cukup maksimal, baik dalam hubungannya dengan pelayanan gereja maupun pelayanan Kemasyarakatan dan Kebangsaan. Dimana dirasakan bahwa peran pemuda GMIT masih sangat domestik dan simbolik, yakni sumbangan tenaga dan kerja bhakti dalam acara-acara hari raya gerejawi yakni sekedar menjadi anggota seksi keamanan, perlengkapan, pendukung konsumsi dan lain sebagainya.

Perkembangan Pemuda GMIT dan Posisi tawar pelayanannya pun masih sangat eksklusif dan terbatas pada badan pengurus pemuda Tingkat jemaat dan di beberapa Klasis yang sudah terbentuk, belum ada lembaga atau mekanisme organisasi yang dapat menjadi simpul dan koordinasi pelayanan Pemuda GMIT pada tingkat Sinodal. Keterlibatan pemuda GMIT sebagai anak kandung GMIT dalam pengambilan keputusan GMIT ditingkat sinodal pun masih sangat sulit dirasakan. Padahal potensi dan jumlah pemuda GMIT cukup besar dan selama ini kurang termanfaatkan.

Dapat dicatat pada Sidang Sinode di Gereja Syalom-Airnona tahun 1995 dan Sidang Sinode GMIT Kota Baru tahun 1999, agenda pembentukan dinamika Pemuda GMIT ini mengalir cukup deras, eksponen pemuda GMIT yang hadir dan mendinamisir sidang waktu itu bertekat sangat kuat untuk memperjuangkan hadirnya satu komisi Pemuda yang bisa mengelola dan mengorganisir aktifitas dan dinamika Pemuda GMIT pada aras sinodal, tetapi perjalanan untuk itu masih panjang tetapi paling kurang telah menunjukan tanda tanda kemajuan terutama dengan terbentuknya kelompok kerja Pemuda (pokja Pemuda) Pada Tingkat sinodal paska Sidang sinode tahun 1995 dan pembentukan Badan Pelayanan kategorial Fungsional (BPKF) setelah sidang sinode 1999.

Momentum sidang sinode GMIT pada bulan Oktober tahun 1999 terutama salah satu agenda strategis sidang yakni perubahan Tata Dasar GMIT tahun 1983 menjadi Tata GMIT tahun 1999 memberikan inspirasi bagi anggota pemuda GMIT yang ada di BPC GMKI Kupang dan DPD GAMKI NTT sebagai pioner dengan sejumlah pengurus pemuda GMIT tingkat jemaat, melakukan study kritis melalui seminar sehari di Sekretariat GMKI kupang pada bulan Agustus 1999, tentang “Peran dan Dinamika Pemuda GMIT dan Kebutuhan akan Lahirnya Badan Pengurus Pemuda GMIT yang Mandiri dan Independen”.

Forum seminar pada waktu itu melihat adanya peluang konstitusional untuk perubahan struktur organisasi pemuda GMIT ada pada draft perubahan Tata GMIT tahun 1999, tercatat waktu itu salah satu narasumber yang merupakan Tim Penyusun perubahan Tata GMIT yakni Bapak Robert Riwukaho turut hadir dan memfasilitasi jalannya pertemuan tersebut. Hasil seminar sehari disusun dalam pokok-pokok pikiran bertopik “ Pemuda GMIT menuju langit baru dan Bumi Baru” sebuah refleksi teologis dan empiris atas kerinduan pemuda GMIT terhadap hadirnya perubahan dan keberpihakan struktur Gereja terhadap pemudanya yang terpinggirkan selama ini. pokok pikiran tersebut setelah melalui lobi dan pendekatan akhirnya disetujui untuk dipresentasikan dihadapan forum Sidang Sinode GMIT tahun 1999. gayungpun bersambut, dukungan pun mengalir dari para peserta sidang terutama Majelis sinode GMIT dan para ketua klasis. Salah satu hasilnya adalah dipercayakannya salah satu tokoh pemuda GMIT menjadi anggota majelis Sinode mewakili unsur pemuda dan terpilih pada waktu itu adalah Bung Aleksander Ena.

Kristalisasi dukungan gereja terutama Majelis Sinode semakin konkrit pada saat pelaksanaan sidang kerja Majelis Sinode di Sabu pada tahun 2000, dimana secara konkrit program Majelis Sinode tahun 2000-2001 melalui BPKF yang diketuai oleh Pendeta Alfred Luase adalah : mendorong pembentukan Badan Pengurus Kategorial/fungsional yang otonom dan demokratis. Pembentukan Panitia Pelaksana Pertemuan Raya pemuda GMIT I dilakukan pada bulan Juni 2000 yang di ketuai oleh Jery Manafe dan Winston Rondo sebagai Sekretaris panitia, ikut tercatat GMKI, GAMKI, PERKANTAS dan LPMI merupakan panitia dan pendukung dalam persiapan dan pelaksanaan pertemuan raya.

Pertemuan raya pemuda GMIT I berhasil dilaksanakan dengan dukungan Gereja dan pemerintah daerah kota/kabupaten kupang dan propinsi NTT pada tanggal 12 -17 Nopember 2000, di gedung kebaktian jemaat Koinonia-Kuanino Kupang. Sidang yang dibuka oleh Gubernur NTT tersebut, dihadiri oleh lebih dari 400 pemuda GMIT dari 42 Klasis se-GMIT dan berlangsung dinamis dan bersahaja.

Pertemuan Raya Pemuda GMIT I kemudian menyepakati bahwa visi Pemuda GMIT adalah ‘ MENJADI PEMUDA KERAJAAN ALLAH’ dengan Misi “ mewujudkan ciri-ciri pemuda kristen yang misioner” dan Moto/Semboyan : “Sola Scriptura Verbum Dei yang artinya Hanya Alkitablah Firman Allah”. Juga ikut disepakati nama organisasi Pemuda GMIT tingkat sinodal adalah BP PEMUDA GMIT, dengan masa bhakti pelayanan tahun 2000 - 2004, dimana terpilih sebagai Ketua Umum: Bung David Rehabeam Radja, Sekretaris Umum : Bung Jimmy Benu dan Bendahara Umum : Bung Hidayat Hanas, besarta pengurus lain yang tergabung dalam 14 bidang kerja.

Pertemuan Raya Pemuda GMIT II di laksanakan di balata Pertemuan Jemaat Efata So’e Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nopember 2004 dengan hasil pokok :

Penetapan Pokok-Pokok Program sejalan dengan HKUP Majelis Sinode GMIT : a) KOINONIA; Fokus Program pada peningkatan mutu relasi persekutuan didalam GMIT sebagai umat keluaran di semua aras termasuk masyarakat. b) MARTURIA; Fokus Program pada Meningkatkan pemahaman dan penghayatan jemaat tentang fungsinya sebagai umat keluaran dan surat Kristus kepada masyarakat dan dunia. c) LITURGIA; Fokus Program pada : Meningkatkan mutu pemahaman dan penghayatan tentang makna ibadah sbg perjumpaan, penyembahan dan pelayanan kpd Allah & tuntutan bagi para pejabat & warga jemaat dalam melaksanakan panggilan utk melayani Tuhan & sesama dalam masyarakat dan mencari bentuk-bentuk ibadah yang menggunakan liturgi kontekstual. d) DIAKONIA; Fokus program pemuda : Meningkatkan pelayanan diakonia dlm rangka pengembangan jemaat & masyarakat menuju kehidupan yang adil dan sejahtera. e) OIKONOMIA; Fokus program pemuda: Pembangunan struktur organisasi GMIT pd semua aras yg memberi ruang bagi warga dlm mengembangkan dan meng gunakan talentanya utk pelayanan ber bagai bidang kehidupan dalam gereja.

Struktur personalia dimana Ketua : Bung David R. Radja, Sekretaris Bung Winston Rondo, Bendahara : Hidayat Hanas, dan Pesan Sidang Pertemuan Raya Pemuda GMIT, 11 orang BPP Harian, 16 orang yang memimpin Bidang-bidang, 18 (Delapan belas) orang Koordinator Wilayah Pelayanan 43 klasis dan 27 orang sebagai penasehat.

OIKONOMIA

Bidang Oikonomia.

Penjemaatan produk BPP GMIT dengan kegiatannya visitasi ke 36 Pemuda Klasis se-GMIT yang dilksanakan bersamaan dengan Pembentukan dan Pendampingan BP Pemuda Klasis, Pemutaran film, Pelatihan Kepemimpinan dan Studi thematic serta atas undangan Pemuda klasis/jemaat. Klasis-klasis yang belum dikunjungi Sabu Barat & Timur.

Penataan Organisasi, kegiatan yang dilakukan Sidang pleno perumusan program bersama 18 korwil dan penasehat, pembentukan BP Pemuda Klasis dan mendorong para KPWK untuk memperkuat kapasitas Pemuda dengan pembentukan Pengurus pemuda GMIT pada aras klasis dan jemaat pada saat MUSBEL KPWK, Sidang Klasis dan Sidang Tahunan Sinode. Kendala yang ditemui di jemaat karena tingginya urbanisasi pemuda ke kota, masih memandang urusan pemuda hanya yang rutin saja atau pelengkap, minimnya dukungan struktur gereja dan masih memandang organisasi ini dapat digunakan untuk politik praktis. Salah satu klasis yang belum terbentuk adalah BP Pemuda Klasis Kota Kupang.

MARTURIA DAN LITURGIA

Refleksi Natal tahun 2005 yang dilaksanakan di jemaat Siloam Oelomin sekaligus pengukuhan BP Pemuda GMIT bekerjsama dengan GMKI Cabang Kupang dan DPD GAMKI NTT 14 January 2005. Diarahkan oleh Ketua Sinode GMIT, Bupati Kupang & Gubernur NTT. Pesan inti focus pada komitment untuk melayani, kerendahan hati untuk mau belajar dan menghargai orang lain, komunikasi yang kontinue dengan Sinode GMIT, dan kaderisasi pemuda GMIT, serta membantu pemerintah untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan pembangunan daerah.

Malam refleksi Paskah di jemaat Betesda Maulafa 24 Maret 2005. Ibadah dipimpin oleh Ibu Pdt. Merry Kolimon dengan pesan inti Pemuda GMIT harus dapat menjadi lembaga yang memperjuangkan kesetaraan akses kelompok-kelopok marginal dan realitas kemanusiaan dalam bergereja dan masyarakat karena Kristus telah mati untuk memperjuangkan kemiskinan. Serta 12 April 2006 di Jemaat Lahairoi Tofa.

Pawai kemenangan paskah tahun 2005 dan 2006 yang diikuti oleh Pemuda Jemaat Kota Kupang, Kupang Tengah, Kupang Barat. Kupang Timur dan Fatuleu Timur, Denominasi Kristen, Pemuda Hindu Dharma, Pemuda Anshor, OKP Kristen, Lembaga Perguruan tinggi Kristen, SMU-SMP Kristen, Polda, Korem, Komunitas, Grup seni, Media cetak elektronik, orari, dinkes dan organisasi daerah. rute start di Gereja Anugerah eltari dan finish di gereja Talitakumi Pasirpanjang. Dalam arahan Ketua Sinode GMIT, Gubernur NTT dan Walikota Kupang mengisyaratkan inti kekeristenan adalah Paskah dan memperjuangkan oikumene dengan menghargai pluralitas oleh karenanya perbaikan kualitas pawai paskah harus semakin baik dari tahun ke tahun dengan persiapan Panitia yang baik serta keseriusan dan kedisiplinan peserta pawai sesuai dengan arahan scenario, dan melanjutkan dengan studi-studi oikomenis karena dunia ini dan negara ini hanya bisa dibangun dengan menghargai perbedaan.

Kebaktian untuk persiapan ujian siswa/I SMU dan SLTP se-Kota Kupang Mey 2005 di Aula Eltari dan Mey 2006 di GOR Oipoi Kupang, dihadiri kurang lebih 3000 siswa/I didampingi guru sekolannya masing-masing. Ibadah dipimpin oleh Pdt. Elsyi Niap 2005 dan Pdt. Neti Nunuhitu 2006, dimeriahkan oleh penampilan band Komunitas akar rumput dan VG dari para Siswa. Pesan inti dari acara ini adalah kualitas ilmu pengetahuan tidak ada artinya bila tanpa kualitas spiritual dan itu hanya bisa terjadi jika ada usaha atau kerja keras untuk mau belajar bukan dengan instant atau mau gampang.

Ret-ret dan Kemah Kerja Pemuda. Kegiatan ini diorganisir oleh Pemuda Klasis dan BP Pemuda GMIT bertugas melakukan pendampingan untuk memastikan bahwa kualitas kegiatan akan berdampak positif bagi pengembangan pemuda. Pendampingan sekaligus partisipasi BP pemuda GMIT pada kegiatan ret-ret Pemuda Klasis Amarsi Timur Juni 2005, Ret-ret Jemaat Matani Nobi-nobi Klasis Amanuban Tengah Juli 2005, Kamp Kerja Pemuda Jemaat Kupang Timur yang berjumlah 600-an peserta di Kenam Juli 2005, Kamp kerja pemuda Amfoang Selatan Agustus 2005, Ret-ret Pemuda se-Klasis Alor Barat Daya September 2005, dan Kamp Kerja Pemuda Amanuban Selatan Timur Oktober 2005, Kamp Kerja Pemuda Jemaat Kupang Timur yang berjumlah 600-an peserta di Bipolo Juli 2006, Kerja Bhakti Pemuda Syalom Airnona di Hueknutu Oktober 2006.

Pemutaran Film; Asumsi dasarnya adalah penyegaran dan peningkatan kualitas iman jemaat juga lewat media film. Film Penyaliban Kristus, Yesus Menurut Matius, Lukas dan Yohanes, Nabi Nuh, Kesaksian Penginjil Besar di Asia dan film yang bermakan kemanusiaan yang diawali dan diakhiri dengan doa diputar di Jemaat di Klasis Kupang Tengah, Kupang Timur, Kupang Barat, Fatuleu Barat, Mollo Utara, Mollo Timur, dan Amfoang Selatan dan Utara.

Perayaan Natal 2005 dan Tahun Baru 2006 dengan thema inti Pemuda dan Keluarga, 10 January 2006 di Jemaat Luz Fatukoa. Kebaktian Dipimpin Ibu Pdt. Ina Ngefak-Bara Pah, Sambutan mewakili Sinode GMIT Bpk. Djidon De Haan dan pengarah Bpk. Piet Djami Rebo. Pesan intinya focus kepada bagaimana dengan komitmen palayanan di organisasi tetap peduli dan memperhatikan hubungan di dalam keluarga antara suami, isteri, anak dan orang tua. Sedapat mungkin selalu menjelaskan semua hal yang berhubungan dengan aktivitas kita kepada keluarga sehingga kekayaan informasi, kematangan intelektual, emosional dan spiritual juga dapat tercermin dalam keluarga-keluarga. Pesan untuk Tahun 2006 Pemuda GMIT harus lebih eksis dalam pelayanan kemasyarakatan interdenominasi mewujudkan solidaritas social pelayanan holistic.

DIAKONIA

Pembinaan Pemuda: Asumsi dasar meningkatkan kapasitas pemuda secara terarah dan terencana. Kegiatannya :

a) Pelatihan kepemimpinan transformatif dan kewirausahaan bekerjasama dengan Yayasan Bina Dharma Salatiga. Pelatihan kepemimpinan transformatif di jemaat getsemani Halilulik Klasis Belu, Mey 2005 dengan peserta pemuda dari Klasis se-TTS, TTU, Belu dan BP Pemuda GMIT. September 2005 di Jemaat Foemahen Anainfar Klasis Alor Barat Laut untuk pemuda Klasis se-tribuana Alor, Kota Kupang, Kupang Tengah dan Kupang Barat. Inti materi pada pengembangan diri (visi misi, Transformasi diri 1- 3, Transformasi publik 1-2 dan Pemberdayaan 1-2), rata-ratra peserta 30-40 orang, dengan fasilitator dari Bina Dharma.

b) Pelatihan Kewirausahaan yang dilaksanakan pada Juli 2006 di Jemaat Imanuel Eahun menghadirkan pemuda se-Klasis Rote, Amarasi Barat dan timur, Fatuleu Timur, dan Kota Kupang. Inti Materinya pada pengenalan konsep dan manajemen usaha dan teknik pembuatan proposal ke lembaga donor (Bank, Pemda dan Donor Luar Negri)

c) Pelatihan Pembuatan Blok Suplemen Pakan Gula Lontar (BSPGL) bagi ternak sapi dan diskusi pengembangan poertanian dan peternakan di Pertemuan Pemuda klasis Kupang timur, Peternak Sapi di Klasis Pantai Baru, Rote Timur dan Rote Tengah.

d) Diskusi keselamatan dan keberlanjutan ekologi pulau timor bersama Siswa/i SMU Negeri 6 Kupang 03 Pebruary 2006 dan di Pemuda Jemaat Sion Oepura, di lanjutkan dengan penanaman anakan mahoni dan nangka manisan di Jemaat Imanuel Nekon Klasis Fatuleu Barat.

e) Distribusi bantuan bahan bangunan untuk perbaikan rumah pendeta dan jemaat korban Bencana Gempa Bumi di Alor bekerjasama dengan para donatur dan Kursor NTT.

f) Pelatihan Kepemimpinan transformatif di Jemaat Gunung Salmun Labuhan Bajo, 3 – 7 Oktober 2006 dengan melibatkan peserta pemuda dan pendeta dari klasis flores dan sumbawa serta pemuda katholik.

g) Workshop Manajemen organisasi dan keuangan bagi pemuda dan kategorial 26 Oktober 2006 di Jemaat Getsemani wilayah Airkom Naibonat Klasis Kupang Timur dengan fasilitator Sekretaris Sinode (Bpk. Pdt. Jack Karmany) dan Bendahara (Bpk. Wem Nunuhitu) Sinode GMIT.

Kampanye Media Gender

Sebagai upaya memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki maka pada dibuatlah pamflet yang mengkomunikasikan pengertian dan peran Gender dalam membangun keutuhan gereja dan ciptaan. Bentuknya pamflet yang didistribusikan pada saat kegiatan-kegiatan berlangsung ataupun peringatan-peringatan hari anti kekerasan terhadap perempuan.

KOINONIA

Bidang Koinonia.

Studi No Apologize (membangun hubungan tanpa penyesalan) lewat film hasil wawancara pemuda-pemuda di Barat yang masih memiliki prinsip menjaga kesucian (keperawanan & Keperjakaan) hingga disatukan dalam perkawinan. Diskusi ini hendak mengatakan bahwa dunia barat tidak seperti yang selama ini terlihat dalam media televisi sehingga kalo kita mau jadi orang modern tidak perlu peduli dengan kesucian dst. Kegiatan ini memperkaya materi Love, seks & datting, rata-rata dihadiri oleh pemuda dan orang tua 50 – 100 org di Klasis Kupang Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, dan Fatuleu Barat.

Studi Pemuda menjawab pergumulan pembangunan daerah. Kegiatan ini di lakukan paska pembukaan kegiatan pelatihan kewirausahaan dan kepemimpinan. Dilakukan Juli di Gereja Imanuel Eahun bersama Bupati Rote Ndao dan September di Jemaat Foemahen Anainfar Kalabahi bersama Wakil Bupati Alor. Rekomndasi dari studi ini mendorong kerjasama antara gereja dan pemerintah yang lebih baik karena jemaat adalah warga masyarakat, sehingga peran-peran penataan organisasi, pengembangan ekonomi dan perbaikan akses pendidikan dan kesehatan menjadi peran strategis pemuda selain melakukan kontrol terhadap kebijakan dan proyek pembangunan. Selain itu Diskusi Menjelang Paskah 2006 di Jemaat Lahairoi Tofa dengan topik Pemuda dan tantangan NTT dengan isu utama bagaimana mengurangi angka kemiskinan, peradagangan manusia, gizi buruk dan penegakkan HAM dan Korupsi.
Studi Pemuda dan Pluralisme

Kegiatan ini dilaksanakan di Jemaat Benyamin Oebufu pada tanggal 11 Maret 2006 (Mendiskusikan kembali pluralisme Keagamaan di Indonesia). Sarasehan bersama Panitia Pelaksana PASKAH Badan Pengurus Pemuda GMIT (BPP GMIT), BP Pemuda Klasis Kupang Tengah dan BPP jemaat di Jemaat. dengan mengambil pokok materi :
  1. Dialog Eksistensial Relasi Islam – Kristen di Indonesia; Hambatan, tantangan dan harapan-harapan baru, oleh Pdt. DR. Nico Woly (Dosen Fakultas Theologi UKAW).
  2. Dialog Eksistensial Relasi Gereja Protestan dan Gereja Katholik di NTT, Hambatan, tantangan dan harapan-harapan baru (Pengalaman seorang pendeta GMIT di Belu) oleh Pdt. Ishak Hendrik (KPWK Belu dan Korwil BPP GMIT wilayah TTU dan Belu.
  3. Paskah dan Pluralisme : Mengerti Pluralisme, mengerti Indonesia (Refleksi peran dan tanggung jawab GMIT dalam pluralisme di Indonesia), oleh Ketua Majelis Sinode GMIT.
Studi Akhir Tahun 2005 dengan kajian Refleksi perjalanan pemerintahan 2005 oleh Gubernur NTT, strategi pengamanan Natal dan Tahun Baru oleh KAPOLRESTA Kupang, dan Refleksi Thema : Damai Sejahtera di Bumi oleh Ketua Sinode GMIT, 23 Desember 2005 dihadiri Pemuda Kota Kupang dan Kupang Tengah dan Kupang Timur.
Aliansi Strategis dengan kesadaran bahwa pemuda GMIT tidak bisa hidup tanpa berjalinan dengan orang atau lembaga lain. Kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan :
  1. Dinas Kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan di jemaat betel kuaputu Klasis Kupang Barat januari 2006, bantuan obat-obatan bagi Rumah Sakit Kristen Ume Manekan SoE untuk melayani koraban diare di TTS juli s/d Agustus 2005 , pelayanan kesehatan di Raknamo Pebruari 2006.
  2. Polda , Pemda dan BPRD NTT untuk mengadvokasi penutupan Gereja Kristen di Jawa Barat Agustus 2005
  3. Diknas Kota Kupang untuk melakukan ibadah Siswa se-Kota Kupang menjelang ujian Nasional Mey 2005;
  4. Litbang Sinode GMIT mengorganisir Semiloka GMIT dan Globalisasi dikaji dari aspek ekonomi, social politik, ekologi dan gender 29 Agustus 2005, serta bersama jemaat mengadvokasi penambangan marmer di mollo yang berdampak pada kerusakan SDA.
  5. Personalia Sinode GMIT untuk pelatihan penggunaan handycamp dan pengambilan gambar oktober 2005.
  6. Dinas Kehutanan untuk bantuan anakan untuk penghijauan di Fatukoa januari 2006 dan Nekon Klasis Fatuleu Barat Pebruari 2006.
  7. aliansi dengan Majelis Sinode untuk mengadvokasi Pengadilan Negri sengketa aset Gereja Agape Klasis Kota Kupang.

23 November 2008

Darah Nya

Apa yang kita alami ketika menghayati darah Yesus yang tercurah di kayu salib?

Apa yang kita temukan begitu memasuki ruang Maha Kudus Allah dan menikmati pelukan kasih Bapa yang indah ?

Kita menemui Bapa Sorgawi secara pribadi dan mendapat kesempatan memasuki ruang hati Allah yang paling dalam.

Di sana kita mereguk isi hati Nya dan ikut merasakan apa yang menjadi denyut hati Bapa .

Di saat itu kita akan menemukan alasan mengapa Yesus rela meninggalkan komunitas sorgawi yang indah dan turun ke bami yang kacau, cemar, penuh dosa, kebencian dan segala yang jahat.

Di sana kita akan menemukan alasan, mengapa Bapa membiarkan sorga terasa hampa karena ditinggalkan AnakNya yang tunggal, yang sangat dikasihiNya.

Yesus membayar harga yang sangat mahal agar kita bisa masuk hadirat Allah.

Ia mengalami penderitaan yang luar biasa baik secara fisik maupun mental.

Sekali deraan Yesus dicambuk 39 kali.

Cambuk yang digunakan untuk mendera Yesus, pada ujung-ujungnya disangkutkan gola timah dan sepanjang tali cambuk tersebut dijalin tulang-tulang domba yang sangat tajam.

Cambukan yang kuat dan bertubi-tubi mencabik-cabik kulit dan daging Yesus sehingga sekujur punggungNya nyaris terlihat.

Cambuk yang hina itu berubah warna merah, terlumur darah Maha Suci.

Kita dapat membayangkan dengan jelas di depan mata kita.

SeandaiNya Yesus meminta kepada BapaNya untuk mengirimkan malaikat dan melepaskan Dia dari penderitaan itu, pasti Bapa di sorga akan melepaskan Dia.

Namun,... malam itu Yesus melihat suatu penglihatan bahwa dunia ini sedang membutuhkan penebusan-Nya .

Malahan ia menyadari bahwa tidak cukup hanya darah yang curahkan, Yesus tahu persis bahwa ia harus menyerahkan segalanya sampai mati.

Sesudah malam penyiksaan itu, Yesus diturunkan ke lubang tahanan, di bawah tanah.

Di tempat gelap nan pengap itu Yesus sendirian.

Dia tak dapat berbaring karena punggung-Nya yang robek.

Bahkan mungkin, tak mungkin ia bersandar di dinding sumur itu karena dinding yang dingin itu membuat punggung-Nya perih.

Sumur itu penuh dengan kotoran para tahanan terdahulu dan kemungkinan ada kecoa dan tikus.

Ia mendoakan kita sepanjang malam itu .

Keesokan paginya dalam kondisi tubuh yang sudah lemah sekali, Yesus dibawah keluar, dihadapkan pada Pilatus untuk diadili.

Rangkaian ranting duri kecil runcing tajam sepanjang jari kelingking dibuat sebagai mahkota, dikenakan di kepala Yesus.

Dalam sekejap wajahNya merah bersimbah darahNya.

Sisa janggutNya menjadi kaku karena darah yang membeku, sementara mataNya tenggelam dalam pembengkakan akibat pukulan yang bertubi-tubi.

Kita mungkin tidak pernah habis berpikir bagaimana Yesus bisa bertahan.

Tetapi Alkitab menuliskan bahwa Yesus masih bertahan demi menggenapi rencana Allah.

Luka di punggungNya semalam mulai mengering, namun dirobek kembali saat balok seberat 50 kg ditaruh di atas bahuNya.

Darah Maha Suci itu menyelimuti balok kayu besar,... yang kembali mengupas kulitNya.

Di jalan Dolorosa yang sempit itu ratusan bahkan mungkin ribuan orang mengejek Dia.

Beberapa kali Ia terjatuh, bebatuan di jalan itu merobek lututNya. Tulang pipiNya retak terhantam bumi saat Ia terjerembab.

Murid-muridNya tidak berani berbuat apa-apa.

Yesus ditendang, dipukul dan diludahi di sepanjang jalan itu.

Ia terkoyak-koyak habis!

Jika semua ini hanya drama, Yesus tidak perlu menyelesaikannya.

Di bukit Golgota tangan Yesus dipaku.

Darah segar menyembur saat paku sepanjang 20 cm menembusNya.

Yesus harus menahan seluruh berat tubuhNya hanya dengan tiga paku.

Selama 6 jam tergantung, semua bagian mengalami kesakitan yang mengerikan.

Tidak ada satu bagianpun dari tubuh-Nya yang tidak mengalami kesakitan.

DadaNya mulai terasa sesak.

Paru-paruNya mulai terisi darah.

Setiap kali Yesus akan menarik nafas, Ia harus meregangkan badanNya sementara seluruh berat badanNya hanya tertumpu pada kedua tangan dan kakiNya yang terpaku.

Untuk sekali menarik nafas, Yesus harus mengalami kesakitan yang luar biasa.

Keringat bercampur darah menetes membasahi mataNya. PandanganNya mulai kabur, Dia tak lagi bisa melihat dengan jelas. Dalam penderitaan yang begitu hebat, Ia mencari BapaNya untuk mengutarakan pengampunanNya; Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Seluruh tubuhNya hancur, tidak satu bagianpun yang disisakan untuk Dia pertahankan.

Setiap irisan yang merobek kulit dan dagingNya mendera dan memerasNya.

Darah mengalir deras bagai baju jemuran yang basah, membuat tanah hina di bawah salib memerah kental.

Tanah yang kotor itu tak pernah mengira mendapat anugerah besar tersiram cinta abadi dari Anak Allah yang mencari kekasihNya.

Setiap tetes cinta merah yang masih ada, tidak dipertahankanNya demi menebus kekasihNya.

Seperti biasanya, Ia selalu menengadah ke langit untuk menemui BapaNya, mencari wajahNya.

Di sanalah Ia berlabuh dan mendapatkan kekuatan.

BapaNya adalah sumber dan akhir pekerjaanNya.

Sering kali malam pergumulanNya Ia taburi dengan untaian mesra bersama BapaNya.

Tetapi siang itu tak seperti biasa!

Setelah dengan berat Ia berusaha menengadah dan dengan sudut mata-Nya Ia dapat melihat ke langit lepas, BapaNya tak tampak di sana.

Langit kelam, matahari disembunyikan awan pekat, pekatnya dosa anak-anak bumi telah menutup jendela sorga!

Bapa memalingkan wajahNya, saat itulah Yesus berseru; “Elloi...Elloi.... Lama Sabakhtani?”

Yesus berseru dalam bahasa yang digunakannya ketika Ia masih kanak-kanak.

Ia berseru dalam bahasa ibu, bahasa kampung halaman-Nya, bahasa Aram.

Itulah puncak penghukuman yang Ia terima karena dosa kita.

Duri, cambuk dan paku tak cukup melumatkanNya.

Karena dosa tidak saja membawa duri ke dalam dunia, tetapi telah membawa keterpisahan dengan Bapa.

Hal itulah yang Ia tebus pada bagian akhir dari Tragedi Golgota sebagai tebusan Tragedi Eden, supaya kita tak perlu lagi terpisah dari Bapa.

Terlalu bodoh jika kita berpikir bahwa, neraka dan sorga itu tidak ada! Kalau memang neraka tidak ada, tidak perlu Yesus melakukan semua itu.

Yesus menjalani penderitaan itu, karena menyadari bahwa semua perbuatan baik manusia tidak cukup membawa manusia ke sorga. Manusia membutuhkan penebusanNya agar tidak mengalami maut kekal di neraka.

Jika Yesus rela menderita hanya karena ingin disembah sebagai Tuhan, tidak perlu Ia melakukan semua itu.

Cukuplah Dia terbang dengan suara yang spektakuler, maka Dia akan disembah sebagai tuhan.

Kalau sekedar ingin jadi Tuhan, mudah sekali bagi Yesus untuk menuhankan diriNya, karena memang Dia Tuhan dan punya kuasa untuk menyatakanNya.

Kayu yang dipahat saja begitu mudah menjadi tuhan dan disembah oleh banyak orang.

Bahkan di pelosok negri ini ada pohon-pohon tertentu yang disembah sebagai tuhan.

Kalau sekedar mencari penghormatan untuk disembah, Yesus tidak perlu dipaku di Golgota.

Mengapa Yesus mau menjalani penderitaan itu?

Jika ada cara lain untuk masuk sorga, maka orang pertama yang mengusulkannya adalah Yesus, karna Dialah yang menanggung salib itu.

Jika dosa bisa diselesaikan dengan cara lain, tentu Yesus tidak perlu tergantung di kayu salib!

Jika untuk masuk hadirat Allah ada cara selain mencurahkan darah dan menyerahkan nyawa di kayu salib maka Yesus adalah orang pertama yang akan mencari alternatifnya.

Namun karena tidak ada cara selain salib dan karena tidak ada pribadi lain yang sanggup serta memenuhi syarat untuk membayar harga, agar manusia bisa berhubungan kembali dengan Allah, maka Yesus mau membayar harganya bagi kita.

Yesus melakukan semua itu, supaya kita dapat masuk hadirat Allah dan memiliki persekutuan yang indah dengan Allah yang hidup. Hadirat Allah merupakan suatu penghayatan akan kenyataan kemahahadiran Allah, yang secara nyata dapat dirasakan dan mengakibatkan suatu persekutuan intim dengan Bapa Sorgawi.

Darah Yesus menjadi satu-satunya jalan masuk dan kunci untuk masuk ke sana.

Oleh darahNya perseteruan telah dibatalkan!!!

(By Merry Djami)